WELCOME TO MY BLOG

Minggu, 16 Februari 2014

Laporan Fifa II Viskositas

LAPORAN  RESMI
PRAKTIKUM  FARMASI  FISIKA  II
“Viskositas dan Rheologi”



DISUSUN OLEH :
 Ade Afriyani (2012210002)
   Adyka Putra.I (2012210008)
   Agus Susanto (2012210012)
Ajeng Prima (2012210016)
  Alvera Kolesi (2012210019)

kelas/kelompok : E 1.2

Fakultas Farmasi
Universitas Pancasila
2013
I.                   Judul Percobaan
Viskositas dan Rheologi

II.                Tujuan  Percobaan      
Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat :
1.      Memahami pengertian dari viskositas dan rheologi
2.      Membedakan sifat cairan Newton dan non Newton
3.      Menggunakan alat-alat penentuan Viskositas dan Rheologi
4.      Menentukan Viskositas dan Rheologi cairan Newton dan non Newton

III.             Dasar Teori
Istilah rheologi, berasal dari bahasa Yunani rheo (mengalir) dan logos (ilmu), diusulkan oleh Bingham dan Crawford (seperti dilaporkan oleh Fischer) untuk menggambarkan aliran-aliran cairan dan deformasi dari padatan. Viskositas adalah suatu pernyataan tentang tahanan dari suatu pernyataan tentang tahanan dari suatu cairan untuk mengalir,  semakin tinggi viskositas, semakin besar tahanan tersebut. Seperti akan dijelaskan berikutnya, cairan sederhana (biasa) dapat dijelaskan dalam istilah viskositas absolute. Akan tetapi, sifat-sifat reologi dispersi heterogen lebih kompleks dan tidak dapat dinyatakan dengan suatu nilai tunggal. (Martin, farmasi fisika dan ilmu farmasetika, edisi 5,hal 706)
Prinsip dasar rheologi telah digunakan untuk meneliti cat, tinta, berbagai adonan, bahan-bahan untu pembangunan jalan, kosmetik, produk hasil peternakan serta bahan-bahan lain. Pemahaman tentang viskositas cairan, larutan, dan system koloid baik yang encer maupun yang pekat, mempunyai nilai praktis dan teoritis. Scott-Blair mengenali pentingnya rheologi dalam dunia farmasi dan analisis produk-produk farmasi seperti emulsi, pasta, dan lotion untuk obat dan kosmetik harus mampu memproduksi produk yang mempunyai konsistensi dan kelembutan yang dapat diterima oleh pemakai krim tersebut dan juga harus sanggup memproduksi kembali sediaan dengan kualitas yang sama untuk setiap bets. Dalam banyak industri, seorang yang terlatih dan sangat berpengalaman dalam menangani bahan-bahan dalam proses secara periodik selama pembuatan untuk menentukan “rasa” (kelembutan) dan “struktur fisik” serta memutuskan konsistensi yang tepat. Akan tetapi, variabilitas pada pengujian subjektif seperti ini  pada waktu yang berbeda dan berbagai kondisi lingkungan yang berbeda memang sudah jelas diketahui. Keberatan yang lebih serius, dilihat dari sudut ilmiah, ialah gagalnya uji subjektif ini untuk membedakan berbagai sifat yang membentuk konsistensi total produk tersbut. Jika masing-masing karakteristik fisik ini digambarkan dan dipelajari secara objektif sesuai dengan metode analitik rheologi, dapat diperoleh informasi yang berharga untuk digunakan dalam memformulasi produk-produk farmasi yang lebih baik. Rheologi terlibat dalam pencampuran dan aliran bahan-bahan, pengemasan bahan-bahan ke dalam wadah, dan pemindahan sebelum penggunaannya, apakah dicapai dengan penuangan dari botol, pengeluran dari tube, atau pelewatan melalui sebuah jarum suntik. Rheologi suatu produk tertentu, yang konsistensinya dapat berkisar dari cair ke semipadat sampai ke padatan, dapat mempengaruhi penerimaan pasien, stabilitas fisika, dan bahkan ketersediaan hayati. Sebagai contoh, viskositas telah tebukti mempengaruhi laju obat dari saluran gastrointestinal.
Sistem Newton
Newton adalah orang pertama  yang mempelajari sifat-sifat aliran cairan secara kuantitatif. Dia menemukan bahwa makin besar viskositas suatu cairan, makin besar pula gaya per satuan luas (tegangan geser)  yang diperlukan untuk menghasilkan suatu laju geser tertentu. Laju geser diberi lambang G . Oleh sebab itu, laju geser harus berbanding langsung dengan tegangan geser, atau

Di mana : h = koefisien viskositas ~ viskositas
Satuan  viskositas : poise = dyne detik cm-2
Cps (centipoise) = 0,01 poise



Tipe Aliran/ Sifat alir
·         Sistem Newton
Cairan yang mengikuti hukum Newton viskositasnya tetap pada suhu & tekanan tertentu  dan tidak tegantung pada kecepatan geser. Oleh karena itu viskositasnya dapat ditentukan pada satu kecepatan geser saja dengan menggunakan viscometer kapiler atau bola jatuh. Sifat alir ini dimiliki untuk cairan-cairan murni dan beberapa larutan zat (larutan gula, sorbitol, gliserin, minyak jarak, kloroform,air, dll)
                                         
                                                      F berbanding lurus terhadap G
                  Þ h tetap pada setiap tetapan geser.
                           (viskositas absolute)






·         Sistem non-Newton
Viskositasnya tidak mengikuti hukum newton (berubah pada setiap kecepatan geser sehingga tidak ada viskositas absolute). Untuk melihat sifat alirnya, dilakukan pengukuran pada beberapa kecepatan geser. Non-newton bodies adalah zat-zat yang tidak mengikuti persamaan aliran newton; dispersi heterogen cairan dan padatan seperti larutan koloid, emulsi, suspensi cair, salep, dan produk-produk serupa. Berdasarkan grafik sifat aliran atau rheogramnya, cairan non-newton terbagi menjadi dua kelompok, yaitu:
1.         Cairan yang sifat alirannya tidak dipengaruhi oleh waktu
a.    Aliran Plastis




Kurva aliran plastis tidak melalui titik asal (0,0), tapi memotong sumbu tegangan geser (atau akan memotong, jika bagian lurus dari kurva tersebut diekstrapolasikan ke sumbu) pada suatu titik yang dikenal sebagai yield value. Badan Bingham tidak akan mengalir sampai tegangan geser yang berkaitan dengan yield value terlampaui. Pada tegangan di bawah yield value, zat bertindak sebagai bahan elastis. Ahli reologi menggolongkan badan Bingham, yaitu zat-zat yang memperlihatkan yield value, sebagai padatan, sedangkan zat-zat yang mulai mengalir pada tegangan geser terkecil dan tidak memperlihatkan yield value didefinisikan sebagai cairan. Yield value merupakan sifat penting dari dispersi-dispersi tertentu.         
h Plastis = F – f
                                       G
                                                                        h = viskositas plastis
                                                                        F = gaya
                                                                        f  = yield value
                                                                        G = du / dx (rate of shear)

b.   Aliran Pseudoplastis






Viskositas zat pseudoplastis berkurang dengan meningkatnya laju geser. Viskositas nyata (apparent viscosity) dapat diperoleh pada setiap nilai laju geser, yaitu dari kemiringan garis singgung kurva pada titik tertentu. Akan tetapi, penggambaran terbaik untuk bahan pseudoplastis kemungkinan adalah plot grafik kurva konsistensi secara keseluruhan. Kurva konsistensi untuk bahan pseudoplastis mulai pada titik (0,0), atau paling tidak mendekatinya pada rate of shear rendah. Akibatnya berlawanan dengan badan Bingham, tidak ada yield value. Tapi, karena tidak ada bagian kurva yang linear, maka tidak dapat menyatakan uji viskositas dari suatu bahan pseudoplastis dengan suatu harga tunggal.
§  Kurva naik dan kurva turun berhimpit
§ 
Log G = N log F – log h
Viskositas dinyatakan pada rpm tertentu


Aliran pseudoplastis disebut juga dengan shear thinning system. Contoh dari aliran pseudoplastis: dispersi cair dari tragakan, Na alginat, metil selulosa, CMC Na.
c.    Aliran Dilatan





Tipe aliran ini merupakan kebalikan dari tipe yang dimiliki oleh system pseudoplastis. Sementara bahan pseudoplastis sering kali dikenal sebagai “sistem geser pencair (shear-thinning system)”, bahan dilatan sering kali diberi istilah “sistem geser pemekat (shear thickening system)”. Jika tegangan dihilangkan, suatu sistem dilatan kembali ke keadaan fluiditas asalnya.
·         Viskositas betambah dengan bertambahnya kecepatan geser
·         Zat yang mempunyai sifat alir dilatan adalah suspensi suspensi yang berkonsentrasi tinggi (kira-kira 50% atau lebih) dari partikel partikel yang mengalami deflokulasi.
·         Viskositas dinyatakan pada Rpm tertentu.
Aliran Newton dan Non Newton dapat ditentukan nilai  viskositasnya dengan menggunakan Viskometer Stormer atau Brookfield

2.         Cairan yang sifat alirnya dipengaruhi oleh waktu kelompok ini terdiri dari
1.      Aliran tiksotropi
           





Tiksotropi dapat didefinisikan sebagai “suatu pemulihan isotherm dan relative lambat pada pendiaman suatu bahan yang kehilangan kosistensinya karena pemberian geser (shearing)”. Tiksotropi hanya dapat diterapkan untuk sistem geser pencair. Sistem tiksotropi biasanya mengandung partiel partikel asimetris yang melalui berbagai titik kontak, menyusun suatu jejaring tiga dimensi diseluruh sampel.
·         Kurva momentum berada disebelah kiri menaik
·         Rheogram yang dapat dari bahan tiksotropi sangat bergantung pada laju yang meningatkan dan mengurangi shear serta lamanya waktu sampel tersebut mengalami rate of shear
·         Tiksotropi negative atau anti tiksotropi merupakan kenaikan bukan pengurangan kosistensi pada kurva menurun
2.      Aliran rheopeksi
           







Rheopeksi adalah suatu gejala dimana suatu sol membentuk suatu gel. Lebih cepat jika di aduk perlahan-lahan atau kalau di shear dari pada jika dibiarkan membentuk gel tersebut tanpa diaduk.
·         Kurva menurun ada di sebelah kanan kurva menaik
·         Bila ada penggosokan perlahan-lahan dan teratur mempercepat pemadatan di suatu sistem dilatan ( cairan dilatan bila dikocok terus-menerus akan menjadi rheopeksi)
3.      Aliran Visko Elastis
           







Pengukuran viskoelastis berdasarkan pada sifat-sifat mekanis bahan yang memperlihatkan sifat kekentalan cairan dan sifat elastis padatan. Kebanyakan sistem-sistem yang diselidiki dalam bidang farmasi termasuk dalam kelas ini, contoh: krim, lotion , salep, suppositoria, suspense, disperse koloid, pengemulsi, serta zat pensuspensi.
Alat untuk menegukur viskositas dan heologi suatu zat disebut viskometer. Ada 2 jenis viscometer, yaitu :
1.      Viskometer satu titik
Viskometer ini hanya dapat dilakukan untuk menentukan viskositas cairan Newton. Yang termasuk ke dalam jenis ini adalah viscometer kapiler viscometer bola jatuh, penetrometer, dan lain-lain.
2.      Viskometer banyak titik
Viskometer ini dapat digunakan untuk menentukan viskositas dan rheologi cairan Newton dan Non Newton. Yang termasuk ke dalam jenis ini adalah viscometer Stormer, Brookfield, Dll.
(Martin, farmasi fisika dan ilmu farmasetika, edisi 5,hal 717)


IV.             Alat dan Bahan
Alat                                             
·   Viskometer Brookfield                         
·   Viskometer Stormer
·   Beaker glass
·   Batang pengaduk
·   Timbangan
·   Gelas ukur
·   Gelas cairan viskositas
·   Lumpang + alu

Bahan
·   Olive oil (minyak nabati)
·   Gom arab
·   HPMC
·   Aquades

V.                Cara kerja
·   Buatlah dispersi Gom arab dengan kadar 40%, dengan cara mendispersikan 40 gram serbuk putih gom arab dalam aquadest sebanyak 1,5 kali bobot gom arab (60 ml aquadest). Gunakan lumpang dan alu untuk mencampur gom arab dengan air. Selanjutnya tambahkan lagi aquades sebanyak 40 ml sehingga keseluruhan aquades yang ditambahkan sebanyak 100 ml.  
·   Buatlah dispersi HPMC 1,5%. Timbang HPMC sebanyak 4,5 gram dan dispersikan serbuk HPMC secara perlahan ke 300 ml air. Gunakan mesin pengaduk untuk membantu pengadukan.
·   Dengan menggunakan viscometer Brookfield, diukur viskositas absolute dari cairan minyak nabati (Olive oil) dan tentukan sifat alirnya.
·   Gunakan nilai viskositas absolute dari Olive oil untuk menentukan konstanta alat ( Kv) dari viscometer stormer.
·   Tentukan sifat alir dan Viskositas dari Gom arab dengan menggunakan Viskometer Stormer.
·   Tentukan sifat alir dan Viskositas dari HPMC dengan menggunakan viscometer Brookfield
·   Data yang diperoleh, dimasukkan dalam tabulasi data dan dibuat kurva alir dari masing-masing cairan.
Cara menggunakan Viskometer Brookfield
·   Isikan bahan yang akan ditentukan viskositas dan sifat alirnya ke dalam beaker glass 600 ml sampai hampir penuh (sesuaikan jumlah bahan dengan no spindel)
·   Pilih no. spindel yang sesuai dan pasang (hati-hati), turunkan hingga spindel tercelup ke dalam bahan sampai tanda batas.
·   Pilih RPM untuk menghasilkan skala ³ 10, catat skala yang terbaca.Bila skala yang terbaca <10 maka naikkan RPMnya, dan apabila skala yang terbaca lebih dari 100 ganti spindel dengan nomor yang lebih besar.
·   Amati skala yang tertera setelah 3 kali putaran.
·   Naikkan RPM, ulangi pengukuran sampai sedikitnya 3 RPM yang berbeda; misal : 3; 6; dan 12. Kembalikan ke pengukuran RPM yang menurun, yaitu 6; dan 3.
·   Tabelkan data yang diperoleh.
·   Buat grafik antara RPM pada sumbu y dan F (gaya) pada sumbu x; hasilnya merupakan grafik sifat alir (rheogram).
Cara menggunakan Viskometer Stomer
·   Isikan bahan yang akan ditentukan viskositas dan sifat alirnya ke dalam wadah yang telah disediakan.
·   Letakkan beban dimulai dari beban yang terkecil di tempat yang telah disediakan.
·   Biarkan benang tertarik lalu dihitung berapa waktu yang dibutuhkan hingga jumlah putaran 50.
·   Jika waktu yang dibutuhkan kurang dari 30 detik putaran dinaikkan menjadi 100. Apabila waktu yang dibutuhkan lebih dari 60 detik maka beban ditambahkan kembali.
·   Untuk mengetahui sifat alir gunakan 3 titik beban yang menaik dan 2 titik beban yang menurun.

VI.             Tabulasi data
·    Penentuan viskositas minyak nabati (Olive oil) dengan menggunakan Viskometer Brookfield. Konstanta Viskometer (KV) Brookfield: 673,70 dyne/cm2 .
Spindel
Rpm
Skala
Faktor
h= (skala ×faktor) [cps]
F= (skala ×Kv) [dyne/cm2]
1
12
11,60
5
58,00
 7.814,92
1
30
26,40
2
52,80
17.785,68
1
60
60,20
1
60,20
40.556,74
1
30
29,00
2
58,00
19.537,30
1
12
11,60
5
58,00
7.814,92

·   Menentukan Konstanta  Viskometer Stormer dengan menggunakan viskositas  minyak nabati (Olive oil)
Berat [gram]
Waktu [sekon]
Putaran
Rpm[menit-1]
Kv [dyne/cm2]
30
50,80
100
118,11
225,98
40
40,20
100
149,25
214,17
50
32,80
100
182,93
210,00

·   Penentuan sifat alir dispersi Gom arab dengan Viskometer Stormer
Berat [gram]
Waktu [sekon]
Putaran
Rpm[menit-1]
h [cps]
Cc
58,00
50
51,73
251,37
80
38,00
50
78,95
219,60
100
37,00
50
81,08
267,29
80
41,20
50
72,82
238,09
60
46,10
50
65,08
199,80

·   Penentuan sifat alir dispersi HPMC dengan Viskometer Brookfield
Spindel
Rpm
Skala
Faktor
h= (skala ×faktor) [cps]
F= (skala ×Kv) [dyne/cm2]
2
12
20,50
25
512,50
13.810,85
2
30
46,60
10
466,00
31.394,42
2
60
89,00
5
445,00
57393,00
2
30
50,90
10
509,00
34.291,33
2
12
21,50
25
537,50
14.484,55

VII.          Perhitungan
·   Penimbangan
Gom Arab ditimbang sebanyak 40 gram + aquades sebanyak 100 ml
Kadar Gom Arab 
= 40 %

HPMC ditimbang sebanyak 4,5 gram + aquades sebanyak 300 ml
Kadar HPMC      
 = 1,5 %
·   Viskositas (h) Olive Oil dengan Viskometer Brookfield
KV Brookfield : 673,70 dyne/cm2  
1.      h pada RPM 12
   h = skala x factor = 11,60 x 5 = 58,00 cP
2.      h pada RPM 30
   h = skala x factor = 26,40 x 2 = 52,80 cP
3.      h pada RPM 60
   h = skala x factor = 60,20 x 1 = 60,20 cP
4.      h pada RPM 30
   h = skala x factor = 29,00 x 2 = 58,00 cP
5.      h pada RPM 12
   h = skala x factor = 11,60 x 5 = 58,00 cP

h olive oil rata-rata =
= 57,40 cP

·   Gaya (F) Olive Oil
1.      Gaya (F) pada RPM 12
F = skala x KV
                  = 11,60 x 673.70
                  = 7.814,92 dyne/cm2


2.      Gaya (F) pada RPM 30
F = skala x KV
                 = 26,40 x 673.70
                 = 17.785,68 dyne/cm2
3.      Gaya (F) pada RPM 60
F  = skala x KV
                  = 60,20 x 673.70
                  = 40.556,74 dyne/cm2

4.      Gaya (F) pada RPM 30
F  = skala x KV
                  = 29,00 x 673.70
                  = 19.537,30 dyne/cm2
5.      Gaya (F) pada RPM 12
F  = skala x KV
                  = 11,60 x 673.70
                  = 7.814,92 dyne/cm2

·   Viskometer Stormer
Nilai RPM (Olive Oil)
1.      Nilai RPM dengan beban 30 gram (RPM30)
RPM30      =
                                      =  
                                     = 118,11 menit -1

2.      Nilai RPM dengan beban 40 gram (RPM40)
RPM40      =
                                    =
                                    = 149,25 menit  -1

3.      Nilai RPM dengan beban 50 gram (RPM50)
RPM50      =
                                    =
                                    = 182,93 menit -1
·   KV Stormer
1.      Konstanta Viskometer dengan beban 30 gram (KV30)
KV30   =
                                       =   
= 225,98 cps/menit.gram

2.      Konstanta Viskometer dengan beban 40 gram (KV40)
KV40   =
                              =  
= 214,17 cps/menit.gram

3.      Konstanta Viskometer dengan beban 50 gram (KV50)
KV50   = 
            =  
= 210,00 cps/menit.gram

KV rata-rata =  = 216,72 cps/menit.gram

·   Nilai RPM (Gom Arab) dengan menggunakan Viskometer Stormer
1.      Nilai RPM dengan beban 60 gram (RPM60)
RPM60 =
                                =
                                = 51,72 menit -1

2.      Nilai RPM dengan beban 80 gram (RPM80)
      RPM80 =
                          =
                          = 78,95 menit -1

3.      Nilai RPM dengan beban 100 gram (RPM100)
RPM100 =
                                 =
               = 81,08  menit -1

4.      Nilai RPM dengan beban 80 gram (RPM80)
RPM80 =
=
= 72,82 menit -1

5.      Nilai RPM dengan beban 100 gram (RPM60)
RPM100 =
                                 =
= 65,08 menit -1

·   Viskositas (h) Gom Arab dengan menggunakan Viskometer Stormer
1.      h dengan beban 60 gram
h  =  
=  
= 251,41 cP

2.      h dengan beban 80 gram
h  =  
=  
= 219,60 cP

3.      h dengan beban 100 gram
h  =  
=  
= 267,29 cP


4.      h dengan beban 80 gram
h  =  
=  
= 238,09 cP

5.      h dengan beban 60 gram
h  =  
=  
= 199,80 cP

·   Viskositas (h) HPMC dengan menggunakan Viskometer Brookfield
1.      h pada RPM12
h    = skala x factor
     = 20,50 x 25
   = 512,50 cP
2.      h pada RPM30
h    = skala x factor
     = 46,60 x 10
      = 466,00 cP
3.      h pada RPM60
h    = skala x factor
      = 89,00 x 5
   = 445,00 cP


4.      h pada RPM 30
h    = skala x factor
     = 50.9 x 10
        = 509,00 cP
5.      h pada RPM 12
h    = skala x factor
  = 21,50 x 25
         = 537,50 cP
·   Gaya (F) HPMC
1.      F pada RPM12
F  = skala x KV
         = 20,50 x 673,70
   = 13.810,85 dyne/cm2
2.      F pada RPM30
F  = skala x KV
                                    = 46,60 x 673,70
     = 31.394,42 dyne/cm2
3.      F pada RPM60
F  = skala x KV
                                    = 89,00 x 673,70
         = 59.959,30 dyne/cm2
4.      F pada RPM 30
F  = skala x KV
                                    = 50,90 x 673,70
                                    = 34.291,33 dyne/cm2
5.      F pada RPM 12
F  = skala x KV
= 21,50 x 673,70
= 14.484,55 dyne/cm2

Satuan untuk viskositas (h) adalah centipoises (cP, dalam jamak cps)
Satuan untuk gaya (F) adalah dyne/cm2
Satuan untuk RPM adalah menit -1
VIII.       Pembahasan
·      Rheologi dalam sediaan farmasi berguna untuk menentukan sifat alir dari suatu zat yang digunakan untuk membuat Produk sediaan farmasi
·      Viskometer Brookfield dan Stormer termasuk ke dalam viskometer banyak titik yang dapat digunakan untuk menentukan viskositas dan rheologi cairan Newton dan non Newton.
·      Pada  percobaan ini digunakan cairan minyak nabati (Olive oil) sebagai cairan Newton yang dicari nilai viskositasnya dengan menggunakan Viskometer Brookfield. Viskositas yang didapat dari Viskometer Brookfield digunakan untuk menentukan nilai KV dari Viskometer Stormer.
·      Pada percobaan dengan menggunakan Viskometer Brookfield, penggunaan spindel harus menyesuaikan  dengan kekentalan suatu bahan yang diuji. Ada 4 bagian, yaitu: Spindel 1-4 (semakin besar no spindel, semakin kecil bentuk fisiknya).Spindel no.1 untuk cairan dengan viskositas rendah (encer), no. spindel yang lebih besar untuk cairan yang lebih tinggi viskositasnya (lebih kental).
·      Pada Viskometer Brookfield terdapat 3 komponen penting dalam pengukuran viskositas yaitu RPM, skala, dan nomor spindel. Pada saat melakukan pengukuran dengan menggunakan Viskometer Brookfield, skala yang dibaca harus ≥ 10, jika skala yang terbaca kurang dari 10, maka pengukuran harus diulangi dengan cara menaikkan RPM nya. Dan apabila skala yang terbaca lebih dari 100, maka pengukuran harus diulangi dengan mengganti nomor spindel yang lebih besar. Dengan diketahuinya angka-angka dari 3 komponen tersebut kita dapat membaca faktornya.
·       Pada Viskometer Stormer terdapat 3 komponen penting dalam pengukuran viskositas yaitu waktu, putaran, dan beban. Pada saat melakukan pengukuran dengan menggunakan Viskometer Stormer, waktu yang diperlukan hingga putaran ke-50 harus ≥ 30 detik, jika waktu kurang dari 30 detik, maka pengukuran harus diulangi dengan cara menaikkan putaran menjadi 100 kali. Dan apabila waktu yang diperlukan lebih dari 60 detik maka bebannya yang harus ditambahkan. Dengan diketahuinya angka-angka dari 3 komponen tersebut kita dapat menghitung nilai RPM dan KV.
·      Pada saat pengulangan percobaan dengan menggunakan Viskometer Brookfield atau Stormer, cairan yang telah diukur harus didiamkan terlebih dahulu ± 5 menit dengan tujuan agar cairan tersebut dapat kembali kebentuk semula dan pengukuran dapat dilakukan secara akurat.
·      Pada pengukuran Olive oil menunjukan aliran Newton, itu dapat dilihat dari grafik yang apabila diekstrapolasikan ke sumbu x, maka akan bepotongan dengan titik (0,0). Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakna bahwa Olive oil atau minyak nabati merupakan cairan Newton, sama seperti air, parafin cair, bahan pelarut organik, Etil alkohol, kloroform, dan leburan vaselin. Viskositas dengan sifat alir Newton bernilai tetap pada suhu dan tekanan tertentu dan tidak tergantung pada kecepatan geser.
·      Pada pengukuran Gom Arab menunjukkan aliran non Newton yang memiliki sifat pseudoplastis, itu dapat dilihat dari tidak ada bagian kurva yang linear, namun grafik tidak menunjukkan kesempurnaan garis melengkung seperti teori pada aliran pseudoplastis. Hal ini mungkin dikarenakan kesalahan pada pengukuran atau belum stabilnya cairan saat dilakukan pengukuran ulang.
·      Pada pengukuran HPMC menunjukkan aliran non Newton yang memiliki sifat pseudoplastis.
·      Sediaan farmasi yang baik adalah mempunyai sifat alir pseudoplastis, itu dapat dilihat dari obat sirup yang perlu dikocok sebelum digunakan, jika dikocok dengan kuat maka viskositas cairan tersebut akan turun, sehingga ini memudahkan sirup tersebut dituang.
IX.             Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
·      Viskositas minyak nabati (Olive oil) dengan Viskometer Brookfield adalah sebesar 57,40 cps.
·      Kv Viskometer Stormer rata-rata yang didapat dari nilai viskositas absolut dari minyak nabati yaitu 216,72 cps/menit.gram
·      Terdapat 5 nilai viskositas dari Gom Arab yang diukur dengan Viskometer Stormer yaitu:



Pada 3 titik beban yang menaik
ü  Viskositas Gom arab pada beban 60 gram yaitu 251,41 cP
ü  Viskositas Gom arab pada beban 80 gram yaitu 219,60 cP
ü  Viskositas Gom arab pada beban 100 gram yaitu 267,29 cP
Pada 2 titik beban yang menurun
ü  Viskositas Gom arab pada beban 80 gram yaitu 238,09 cP
ü  Viskositas Gom arab pada beban 60 gram yaitu 199,80 cP
Nilai viskositas dari Gom arab tidak dapat dirata-ratakan karena mempunyai perbedaan nilai yang berubah-ubah (selisihnya besar) sesuai dengan sifat aliran non Newton.
·      Terdapat 5 nilai viskositas dari HPMC yang diukur dengan Viskometer Brookfield yaitu:
Pada 3 titik RPM menaik
ü  Viskositas HPMC pada RPM 12 yaitu 512,50 cP
ü  Viskositas HPMC pada RPM 30 yaitu 466,00 cP
ü  Viskositas HPMC pada RPM 60 yaitu 445,00 cP
Pada 2 titik RPM menurun
ü  Viskositas HPMC pada RPM 30 yaitu 509,00 cP
ü  Viskositas HPMC pada RPM 12 yaitu 537,50 cP
Nilai viskositas dari HPMC tidak dapat dirata-ratakan karena mempunyai perbedaan nilai yang berubah-ubah (selisihnya besar) sesuai dengan sifat aliran non Newton.
·      minyak nabati mempunyai  sifat alir Newton dengan grafik linear.
·      Gom Arab dan HPMC berdasarkan percobaan mengikuti sifat alir non Newton.
Gom arab mempunyai sifat plastis dan HPMC mempunyai sifat pseudoplastis.
X.          Daftar Pustaka
·      Martin, Alfred dkk. 1990, Farmasi Fisika edisi ketiga,  Jakarta: UI-Press
·      J.Sinko, Patrick. 2012, Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika, Jakarta: EGC
·      Ansel, H.C. (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat. Jakarta.UI Press.