LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM FARMASI
FISIKA II
“Viskositas dan Rheologi”
DISUSUN OLEH :
Ade Afriyani
(2012210002)
Adyka Putra.I (2012210008)
Agus Susanto (2012210012)
Ajeng Prima (2012210016)
Alvera Kolesi (2012210019)
kelas/kelompok : E 1.2
Adyka Putra.I (2012210008)
Agus Susanto (2012210012)
Ajeng Prima (2012210016)
Alvera Kolesi (2012210019)
kelas/kelompok : E 1.2
Fakultas
Farmasi
Universitas Pancasila
Universitas Pancasila
2013
I.
Judul Percobaan
Viskositas dan Rheologi
II.
Tujuan
Percobaan
Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat :
Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat :
1. Memahami
pengertian dari viskositas dan rheologi
2. Membedakan
sifat cairan Newton dan non Newton
3. Menggunakan
alat-alat penentuan Viskositas dan Rheologi
4. Menentukan
Viskositas dan Rheologi cairan Newton dan non Newton
III.
Dasar Teori
Istilah rheologi,
berasal dari bahasa Yunani rheo (mengalir)
dan logos (ilmu), diusulkan oleh
Bingham dan Crawford (seperti dilaporkan oleh Fischer) untuk menggambarkan
aliran-aliran cairan dan deformasi dari padatan. Viskositas adalah suatu
pernyataan tentang tahanan dari suatu pernyataan tentang tahanan dari suatu
cairan untuk mengalir, semakin tinggi
viskositas, semakin besar tahanan tersebut. Seperti akan dijelaskan berikutnya,
cairan sederhana (biasa) dapat dijelaskan dalam istilah viskositas absolute.
Akan tetapi, sifat-sifat reologi dispersi heterogen lebih kompleks dan tidak
dapat dinyatakan dengan suatu nilai tunggal. (Martin, farmasi fisika dan ilmu
farmasetika, edisi 5,hal 706)
Prinsip dasar rheologi telah
digunakan untuk meneliti cat, tinta, berbagai adonan, bahan-bahan untu
pembangunan jalan, kosmetik, produk hasil peternakan serta bahan-bahan lain.
Pemahaman tentang viskositas cairan, larutan, dan system koloid baik yang encer
maupun yang pekat, mempunyai nilai praktis dan teoritis. Scott-Blair mengenali
pentingnya rheologi dalam dunia farmasi dan analisis produk-produk farmasi
seperti emulsi, pasta, dan lotion untuk obat dan kosmetik harus mampu
memproduksi produk yang mempunyai konsistensi dan kelembutan yang dapat
diterima oleh pemakai krim tersebut dan juga harus sanggup memproduksi kembali
sediaan dengan kualitas yang sama untuk setiap bets. Dalam banyak industri,
seorang yang terlatih dan sangat berpengalaman dalam menangani bahan-bahan
dalam proses secara periodik selama pembuatan untuk menentukan “rasa”
(kelembutan) dan “struktur fisik” serta memutuskan konsistensi yang tepat. Akan
tetapi, variabilitas pada pengujian subjektif seperti ini pada waktu yang berbeda dan berbagai kondisi
lingkungan yang berbeda memang sudah jelas diketahui. Keberatan yang lebih
serius, dilihat dari sudut ilmiah, ialah gagalnya uji subjektif ini untuk
membedakan berbagai sifat yang membentuk konsistensi total produk tersbut. Jika
masing-masing karakteristik fisik ini digambarkan dan dipelajari secara
objektif sesuai dengan metode analitik rheologi, dapat diperoleh informasi yang
berharga untuk digunakan dalam memformulasi produk-produk farmasi yang lebih
baik. Rheologi terlibat dalam pencampuran dan aliran bahan-bahan, pengemasan
bahan-bahan ke dalam wadah, dan pemindahan sebelum penggunaannya, apakah
dicapai dengan penuangan dari botol, pengeluran dari tube, atau pelewatan
melalui sebuah jarum suntik. Rheologi suatu produk tertentu, yang
konsistensinya dapat berkisar dari cair ke semipadat sampai ke padatan, dapat
mempengaruhi penerimaan pasien, stabilitas fisika, dan bahkan ketersediaan
hayati. Sebagai contoh, viskositas telah tebukti mempengaruhi laju obat dari
saluran gastrointestinal.
Sistem
Newton
Newton adalah orang
pertama yang mempelajari sifat-sifat
aliran cairan secara kuantitatif. Dia menemukan bahwa makin besar viskositas
suatu cairan, makin besar pula gaya per satuan luas (tegangan geser) yang
diperlukan untuk menghasilkan suatu laju geser tertentu. Laju geser diberi lambang
G . Oleh sebab itu, laju geser harus
berbanding langsung dengan tegangan geser, atau
Di mana : h = koefisien viskositas ~ viskositas
Satuan viskositas : poise = dyne detik cm-2
Cps (centipoise) = 0,01 poise
Tipe Aliran/ Sifat alir
·
Sistem Newton
Cairan yang mengikuti hukum Newton
viskositasnya tetap pada suhu & tekanan tertentu dan tidak tegantung pada kecepatan geser.
Oleh karena itu viskositasnya dapat ditentukan pada satu kecepatan geser saja
dengan menggunakan viscometer kapiler atau bola jatuh. Sifat alir ini dimiliki
untuk cairan-cairan murni dan beberapa larutan zat (larutan gula, sorbitol,
gliserin, minyak jarak, kloroform,air, dll)
F
berbanding lurus terhadap G
Þ h
tetap pada setiap tetapan geser.
(viskositas absolute)
·
Sistem
non-Newton
Viskositasnya
tidak mengikuti hukum newton (berubah pada setiap kecepatan geser sehingga
tidak ada viskositas absolute). Untuk melihat sifat alirnya, dilakukan
pengukuran pada beberapa kecepatan geser. Non-newton bodies adalah zat-zat yang
tidak mengikuti persamaan aliran newton; dispersi heterogen cairan dan padatan
seperti larutan koloid, emulsi, suspensi cair, salep, dan produk-produk serupa.
Berdasarkan grafik sifat aliran atau rheogramnya, cairan non-newton terbagi
menjadi dua kelompok, yaitu:
1.
Cairan yang sifat alirannya tidak
dipengaruhi oleh waktu
a.
Aliran
Plastis
Kurva
aliran plastis tidak melalui titik asal (0,0), tapi memotong sumbu tegangan
geser (atau akan memotong, jika bagian lurus dari kurva tersebut
diekstrapolasikan ke sumbu) pada suatu titik yang dikenal sebagai yield value. Badan Bingham tidak akan
mengalir sampai tegangan geser yang berkaitan dengan yield value terlampaui. Pada tegangan di bawah yield value, zat bertindak sebagai bahan elastis. Ahli reologi
menggolongkan badan Bingham, yaitu zat-zat yang memperlihatkan yield value, sebagai padatan, sedangkan
zat-zat yang mulai mengalir pada tegangan geser terkecil dan tidak
memperlihatkan yield value didefinisikan
sebagai cairan. Yield value merupakan
sifat penting dari dispersi-dispersi tertentu.
h
Plastis = F – f
G
|
F
= gaya
f = yield
value
G = du / dx
(rate of shear)
b. Aliran
Pseudoplastis
Viskositas
zat pseudoplastis berkurang dengan meningkatnya laju geser. Viskositas nyata (apparent viscosity) dapat diperoleh pada
setiap nilai laju geser, yaitu dari kemiringan garis singgung kurva pada titik
tertentu. Akan tetapi, penggambaran terbaik untuk bahan pseudoplastis
kemungkinan adalah plot grafik kurva konsistensi secara keseluruhan. Kurva
konsistensi untuk bahan pseudoplastis mulai pada titik (0,0), atau paling tidak
mendekatinya pada rate of shear rendah.
Akibatnya berlawanan dengan badan Bingham, tidak ada yield value. Tapi, karena tidak ada bagian kurva yang linear, maka
tidak dapat menyatakan uji viskositas dari suatu bahan pseudoplastis dengan
suatu harga tunggal.
§ Kurva
naik dan kurva turun berhimpit
§
Log G = N log F – log h’
|
Aliran
pseudoplastis disebut juga
dengan shear thinning system. Contoh dari aliran pseudoplastis: dispersi cair dari tragakan, Na alginat, metil selulosa,
CMC Na.
c.
Aliran Dilatan
Tipe
aliran ini merupakan kebalikan dari tipe yang dimiliki oleh system
pseudoplastis. Sementara bahan pseudoplastis sering kali dikenal sebagai
“sistem geser pencair (shear-thinning
system)”, bahan dilatan sering kali diberi istilah “sistem geser pemekat (shear thickening system)”. Jika tegangan
dihilangkan, suatu sistem dilatan kembali ke keadaan fluiditas asalnya.
·
Viskositas betambah dengan bertambahnya
kecepatan geser
·
Zat yang mempunyai sifat alir dilatan
adalah suspensi suspensi yang berkonsentrasi tinggi (kira-kira 50% atau lebih)
dari partikel partikel yang mengalami deflokulasi.
·
Viskositas dinyatakan pada Rpm tertentu.
Aliran
Newton dan Non Newton dapat ditentukan nilai
viskositasnya dengan menggunakan Viskometer Stormer atau Brookfield
2.
Cairan yang sifat alirnya dipengaruhi
oleh waktu kelompok ini terdiri dari
1. Aliran
tiksotropi
Tiksotropi
dapat didefinisikan sebagai “suatu pemulihan isotherm dan relative lambat pada
pendiaman suatu bahan yang kehilangan kosistensinya karena pemberian geser
(shearing)”. Tiksotropi hanya dapat diterapkan untuk sistem geser pencair.
Sistem tiksotropi biasanya mengandung partiel partikel asimetris yang melalui
berbagai titik kontak, menyusun suatu jejaring tiga dimensi diseluruh sampel.
·
Kurva momentum berada disebelah kiri
menaik
·
Rheogram yang dapat dari bahan tiksotropi
sangat bergantung pada laju yang meningatkan dan mengurangi shear serta lamanya
waktu sampel tersebut mengalami rate of shear
·
Tiksotropi negative atau anti tiksotropi
merupakan kenaikan bukan pengurangan kosistensi pada kurva menurun
2. Aliran
rheopeksi
Rheopeksi adalah
suatu gejala dimana suatu sol membentuk suatu gel. Lebih cepat jika di aduk
perlahan-lahan atau kalau di shear dari pada jika dibiarkan membentuk gel
tersebut tanpa diaduk.
·
Kurva menurun ada di sebelah kanan kurva
menaik
·
Bila ada penggosokan perlahan-lahan dan
teratur mempercepat pemadatan di suatu sistem dilatan ( cairan dilatan bila
dikocok terus-menerus akan menjadi rheopeksi)
3. Aliran
Visko Elastis
Pengukuran
viskoelastis berdasarkan pada sifat-sifat mekanis bahan yang memperlihatkan
sifat kekentalan cairan dan sifat elastis padatan. Kebanyakan sistem-sistem yang
diselidiki dalam bidang farmasi termasuk dalam kelas ini, contoh: krim, lotion
, salep, suppositoria, suspense, disperse koloid, pengemulsi, serta zat
pensuspensi.
Alat
untuk menegukur viskositas dan heologi suatu zat disebut viskometer. Ada 2
jenis viscometer, yaitu :
1. Viskometer
satu titik
Viskometer
ini hanya dapat dilakukan untuk menentukan viskositas cairan Newton. Yang
termasuk ke dalam jenis ini adalah viscometer kapiler viscometer bola jatuh,
penetrometer, dan lain-lain.
2. Viskometer
banyak titik
Viskometer
ini dapat digunakan untuk menentukan viskositas dan rheologi cairan Newton dan
Non Newton. Yang termasuk ke dalam jenis ini adalah viscometer Stormer,
Brookfield, Dll.
(Martin,
farmasi fisika dan ilmu farmasetika, edisi 5,hal 717)
IV.
Alat
dan Bahan
Alat
· Viskometer
Brookfield
· Viskometer
Stormer
· Beaker
glass
· Batang
pengaduk
· Timbangan
· Gelas
ukur
· Gelas
cairan viskositas
· Lumpang
+ alu
Bahan
· Olive
oil (minyak nabati)
· Gom
arab
· HPMC
· Aquades
V.
Cara
kerja
· Buatlah
dispersi Gom arab dengan kadar 40%, dengan cara mendispersikan 40 gram serbuk
putih gom arab dalam aquadest sebanyak 1,5 kali bobot gom arab (60 ml
aquadest). Gunakan lumpang dan alu untuk mencampur gom arab dengan air.
Selanjutnya tambahkan lagi aquades sebanyak 40 ml sehingga keseluruhan aquades
yang ditambahkan sebanyak 100 ml.
· Buatlah
dispersi HPMC 1,5%. Timbang HPMC sebanyak 4,5 gram dan dispersikan serbuk HPMC
secara perlahan ke 300 ml air. Gunakan mesin pengaduk untuk membantu
pengadukan.
· Dengan
menggunakan viscometer Brookfield, diukur viskositas absolute dari cairan
minyak nabati (Olive oil) dan tentukan sifat alirnya.
· Gunakan
nilai viskositas absolute dari Olive oil untuk menentukan konstanta alat ( Kv)
dari viscometer stormer.
· Tentukan
sifat alir dan Viskositas dari Gom arab dengan menggunakan Viskometer Stormer.
· Tentukan
sifat alir dan Viskositas dari HPMC dengan menggunakan viscometer Brookfield
· Data
yang diperoleh, dimasukkan dalam tabulasi data dan dibuat kurva alir dari
masing-masing cairan.
Cara
menggunakan Viskometer Brookfield
· Isikan
bahan yang akan ditentukan viskositas dan sifat alirnya ke dalam beaker glass
600 ml sampai hampir penuh (sesuaikan jumlah bahan dengan no spindel)
· Pilih
no. spindel yang sesuai dan pasang (hati-hati), turunkan hingga spindel
tercelup ke dalam bahan sampai tanda batas.
· Pilih
RPM untuk menghasilkan skala ³ 10, catat skala yang terbaca.Bila skala
yang terbaca <10 maka naikkan RPMnya, dan apabila skala yang terbaca lebih
dari 100 ganti spindel dengan nomor yang lebih besar.
· Amati
skala yang tertera setelah 3 kali putaran.
· Naikkan
RPM, ulangi pengukuran sampai sedikitnya 3 RPM yang berbeda; misal : 3; 6; dan
12. Kembalikan ke pengukuran RPM yang menurun, yaitu 6; dan 3.
· Tabelkan
data yang diperoleh.
· Buat
grafik antara RPM pada sumbu y dan F (gaya) pada sumbu x; hasilnya merupakan
grafik sifat alir (rheogram).
Cara
menggunakan Viskometer Stomer
· Isikan
bahan yang akan ditentukan viskositas dan sifat alirnya ke dalam wadah yang
telah disediakan.
· Letakkan
beban dimulai dari beban yang terkecil di tempat yang telah disediakan.
· Biarkan
benang tertarik lalu dihitung berapa waktu yang dibutuhkan hingga jumlah
putaran 50.
· Jika
waktu yang dibutuhkan kurang dari 30 detik putaran dinaikkan menjadi 100. Apabila
waktu yang dibutuhkan lebih dari 60 detik maka beban ditambahkan kembali.
· Untuk
mengetahui sifat alir gunakan 3 titik beban yang menaik dan 2 titik beban yang
menurun.
VI.
Tabulasi
data
· Penentuan
viskositas minyak nabati (Olive oil) dengan menggunakan Viskometer Brookfield. Konstanta
Viskometer (KV) Brookfield: 673,70 dyne/cm2 .
Spindel
|
Rpm
|
Skala
|
Faktor
|
h= (skala ×faktor) [cps]
|
F=
(skala ×Kv) [dyne/cm2]
|
1
|
12
|
11,60
|
5
|
58,00
|
7.814,92
|
1
|
30
|
26,40
|
2
|
52,80
|
17.785,68
|
1
|
60
|
60,20
|
1
|
60,20
|
40.556,74
|
1
|
30
|
29,00
|
2
|
58,00
|
19.537,30
|
1
|
12
|
11,60
|
5
|
58,00
|
7.814,92
|
· Menentukan
Konstanta Viskometer Stormer dengan
menggunakan viskositas minyak nabati
(Olive oil)
Berat [gram]
|
Waktu [sekon]
|
Putaran
|
Rpm[menit-1]
|
Kv [dyne/cm2]
|
30
|
50,80
|
100
|
118,11
|
225,98
|
40
|
40,20
|
100
|
149,25
|
214,17
|
50
|
32,80
|
100
|
182,93
|
210,00
|
· Penentuan
sifat alir dispersi Gom arab dengan Viskometer Stormer
Berat [gram]
|
Waktu [sekon]
|
Putaran
|
Rpm[menit-1]
|
h
[cps]
|
Cc
|
58,00
|
50
|
51,73
|
251,37
|
80
|
38,00
|
50
|
78,95
|
219,60
|
100
|
37,00
|
50
|
81,08
|
267,29
|
80
|
41,20
|
50
|
72,82
|
238,09
|
60
|
46,10
|
50
|
65,08
|
199,80
|
· Penentuan
sifat alir dispersi HPMC dengan Viskometer Brookfield
Spindel
|
Rpm
|
Skala
|
Faktor
|
h= (skala ×faktor) [cps]
|
F= (skala ×Kv) [dyne/cm2]
|
2
|
12
|
20,50
|
25
|
512,50
|
13.810,85
|
2
|
30
|
46,60
|
10
|
466,00
|
31.394,42
|
2
|
60
|
89,00
|
5
|
445,00
|
57393,00
|
2
|
30
|
50,90
|
10
|
509,00
|
34.291,33
|
2
|
12
|
21,50
|
25
|
537,50
|
14.484,55
|
VII.
Perhitungan
· Penimbangan
Gom
Arab ditimbang sebanyak 40 gram + aquades sebanyak 100 ml
Kadar
Gom Arab
=
40 %
HPMC
ditimbang sebanyak 4,5 gram + aquades sebanyak 300 ml
Kadar
HPMC
= 1,5 %
· Viskositas
(h)
Olive Oil dengan Viskometer Brookfield
KV Brookfield : 673,70
dyne/cm2
1. h
pada RPM 12
h = skala x
factor = 11,60 x 5 = 58,00 cP
2. h
pada RPM 30
h = skala x
factor = 26,40 x 2 = 52,80 cP
3. h
pada RPM 60
h = skala x
factor = 60,20 x 1 = 60,20 cP
4. h
pada RPM 30
h = skala x
factor = 29,00 x 2 = 58,00 cP
5. h
pada RPM 12
h = skala x
factor = 11,60 x 5 = 58,00 cP
h
olive oil rata-rata =
=
57,40 cP
· Gaya
(F) Olive Oil
1. Gaya
(F) pada RPM 12
F
= skala x KV
= 11,60 x 673.70
= 7.814,92 dyne/cm2
2. Gaya
(F) pada RPM 30
F = skala x KV
= 26,40 x 673.70
= 17.785,68 dyne/cm2
3. Gaya
(F) pada RPM 60
F = skala x KV
= 60,20 x 673.70
= 40.556,74 dyne/cm2
4. Gaya
(F) pada RPM 30
F = skala x KV
= 29,00 x 673.70
= 19.537,30 dyne/cm2
5. Gaya
(F) pada RPM 12
F = skala x KV
= 11,60 x 673.70
= 7.814,92 dyne/cm2
· Viskometer
Stormer
Nilai
RPM (Olive Oil)
1. Nilai
RPM dengan beban 30 gram (RPM30)
RPM30 =
=
= 118,11
menit -1
2. Nilai
RPM dengan beban 40 gram (RPM40)
RPM40 =
=
= 149,25
menit -1
3. Nilai
RPM dengan beban 50 gram (RPM50)
RPM50 =
=
= 182,93
menit -1
· KV
Stormer
1. Konstanta
Viskometer dengan beban 30 gram (KV30)
KV30 =
=
=
225,98 cps/menit.gram
2. Konstanta
Viskometer dengan beban 40 gram (KV40)
KV40 =
=
=
214,17 cps/menit.gram
3. Konstanta
Viskometer dengan beban 50 gram (KV50)
KV50 =
=
=
210,00 cps/menit.gram
KV
rata-rata =
=
216,72 cps/menit.gram
· Nilai
RPM (Gom Arab) dengan menggunakan Viskometer Stormer
1. Nilai
RPM dengan beban 60 gram (RPM60)
RPM60 =
=
= 51,72 menit -1
2. Nilai
RPM dengan beban 80 gram (RPM80)
RPM80 =
=
= 78,95 menit -1
3. Nilai
RPM dengan beban 100 gram (RPM100)
RPM100
=
=
= 81,08 menit -1
4. Nilai
RPM dengan beban 80 gram (RPM80)
RPM80 =
=
= 72,82 menit -1
5. Nilai
RPM dengan beban 100 gram (RPM60)
RPM100 =
=
=
65,08 menit -1
· Viskositas
(h)
Gom Arab dengan menggunakan Viskometer Stormer
1. h
dengan beban 60 gram
h
=
=
=
251,41 cP
2. h
dengan beban 80 gram
h
=
=
= 219,60 cP
3. h
dengan beban 100 gram
h
=
=
=
267,29 cP
4. h
dengan beban 80 gram
h
=
=
=
238,09 cP
5. h
dengan beban 60 gram
h
=
=
=
199,80 cP
· Viskositas
(h)
HPMC dengan menggunakan Viskometer Brookfield
1. h
pada RPM12
h =
skala x factor
= 20,50 x 25
= 512,50
cP
2. h
pada RPM30
h =
skala x factor
= 46,60 x 10
= 466,00
cP
3. h
pada RPM60
h =
skala x factor
= 89,00 x 5
= 445,00
cP
4. h
pada RPM 30
h =
skala x factor
= 50.9 x 10
= 509,00
cP
5. h
pada RPM 12
h =
skala x factor
= 21,50 x 25
= 537,50
cP
· Gaya
(F) HPMC
1. F
pada RPM12
F = skala x KV
= 20,50 x 673,70
= 13.810,85
dyne/cm2
2. F
pada RPM30
F = skala x KV
= 46,60 x
673,70
= 31.394,42
dyne/cm2
3. F
pada RPM60
F = skala x KV
= 89,00 x
673,70
= 59.959,30
dyne/cm2
4. F
pada RPM 30
F = skala x KV
= 50,90 x
673,70
= 34.291,33 dyne/cm2
5. F
pada RPM 12
F = skala x KV
=
21,50 x 673,70
=
14.484,55 dyne/cm2
Satuan
untuk viskositas (h) adalah centipoises (cP,
dalam jamak cps)
Satuan
untuk gaya (F) adalah dyne/cm2
Satuan
untuk RPM adalah menit -1
VIII.
Pembahasan
· Rheologi
dalam sediaan farmasi berguna untuk menentukan sifat alir dari suatu zat yang
digunakan untuk membuat Produk sediaan farmasi
· Viskometer
Brookfield dan Stormer termasuk ke dalam viskometer banyak titik yang dapat
digunakan untuk menentukan viskositas dan rheologi cairan Newton dan non
Newton.
· Pada percobaan ini digunakan cairan minyak nabati
(Olive oil) sebagai cairan Newton yang dicari nilai viskositasnya dengan menggunakan
Viskometer Brookfield. Viskositas yang didapat dari Viskometer Brookfield
digunakan untuk menentukan nilai KV dari Viskometer Stormer.
· Pada
percobaan dengan menggunakan Viskometer Brookfield, penggunaan spindel harus
menyesuaikan dengan kekentalan suatu
bahan yang diuji. Ada 4 bagian, yaitu: Spindel 1-4 (semakin besar no spindel,
semakin kecil bentuk fisiknya).Spindel no.1 untuk cairan dengan viskositas
rendah (encer), no. spindel yang lebih besar untuk cairan yang lebih tinggi
viskositasnya (lebih kental).
· Pada
Viskometer Brookfield terdapat 3 komponen penting dalam pengukuran viskositas
yaitu RPM, skala, dan nomor spindel. Pada saat melakukan pengukuran dengan
menggunakan Viskometer Brookfield, skala yang dibaca harus ≥ 10, jika skala
yang terbaca kurang dari 10, maka pengukuran harus diulangi dengan cara
menaikkan RPM nya. Dan apabila skala yang terbaca lebih dari 100, maka
pengukuran harus diulangi dengan mengganti nomor spindel yang lebih besar.
Dengan diketahuinya angka-angka dari 3 komponen tersebut kita dapat membaca
faktornya.
· Pada Viskometer Stormer terdapat 3 komponen
penting dalam pengukuran viskositas yaitu waktu, putaran, dan beban. Pada saat
melakukan pengukuran dengan menggunakan Viskometer Stormer, waktu yang
diperlukan hingga putaran ke-50 harus ≥ 30 detik, jika waktu kurang dari 30
detik, maka pengukuran harus diulangi dengan cara menaikkan putaran menjadi 100
kali. Dan apabila waktu yang diperlukan lebih dari 60 detik maka bebannya yang
harus ditambahkan. Dengan diketahuinya angka-angka dari 3 komponen tersebut
kita dapat menghitung nilai RPM dan KV.
· Pada
saat pengulangan percobaan dengan menggunakan Viskometer Brookfield atau
Stormer, cairan yang telah diukur harus didiamkan terlebih dahulu ± 5 menit
dengan tujuan agar cairan tersebut dapat kembali kebentuk semula dan pengukuran
dapat dilakukan secara akurat.
· Pada
pengukuran Olive oil menunjukan aliran Newton, itu dapat dilihat dari grafik
yang apabila diekstrapolasikan ke sumbu x, maka akan bepotongan dengan titik
(0,0). Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakna bahwa Olive oil atau minyak
nabati merupakan cairan Newton, sama seperti air, parafin cair, bahan pelarut organik,
Etil alkohol, kloroform, dan leburan vaselin. Viskositas dengan sifat alir
Newton bernilai tetap pada suhu dan tekanan tertentu dan tidak tergantung pada
kecepatan geser.
· Pada
pengukuran Gom Arab menunjukkan aliran non Newton yang memiliki sifat
pseudoplastis, itu dapat dilihat dari tidak ada bagian kurva yang linear, namun
grafik tidak menunjukkan kesempurnaan garis melengkung seperti teori pada
aliran pseudoplastis. Hal ini mungkin dikarenakan kesalahan pada pengukuran
atau belum stabilnya cairan saat dilakukan pengukuran ulang.
· Pada
pengukuran HPMC menunjukkan aliran non Newton yang memiliki sifat
pseudoplastis.
· Sediaan
farmasi yang baik adalah mempunyai sifat alir pseudoplastis, itu dapat dilihat
dari obat sirup yang perlu dikocok sebelum digunakan, jika dikocok dengan kuat
maka viskositas cairan tersebut akan turun, sehingga ini memudahkan sirup
tersebut dituang.
IX.
Kesimpulan
Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
· Viskositas
minyak nabati (Olive oil) dengan Viskometer Brookfield adalah sebesar 57,40
cps.
· Kv
Viskometer Stormer rata-rata yang didapat dari nilai viskositas absolut dari
minyak nabati yaitu 216,72 cps/menit.gram
· Terdapat
5 nilai viskositas dari Gom Arab yang diukur dengan Viskometer Stormer yaitu:
Pada
3 titik beban yang menaik
ü Viskositas
Gom arab pada beban 60 gram yaitu 251,41 cP
ü Viskositas
Gom arab pada beban 80 gram yaitu 219,60 cP
ü Viskositas
Gom arab pada beban 100 gram yaitu 267,29 cP
Pada
2 titik beban yang menurun
ü Viskositas
Gom arab pada beban 80 gram yaitu 238,09 cP
ü Viskositas
Gom arab pada beban 60 gram yaitu 199,80 cP
Nilai
viskositas dari Gom arab tidak dapat dirata-ratakan karena mempunyai perbedaan
nilai yang berubah-ubah (selisihnya besar) sesuai dengan sifat aliran non
Newton.
· Terdapat
5 nilai viskositas dari HPMC yang diukur dengan Viskometer Brookfield yaitu:
Pada
3 titik RPM menaik
ü Viskositas
HPMC pada RPM 12 yaitu 512,50 cP
ü Viskositas
HPMC pada RPM 30 yaitu 466,00 cP
ü Viskositas
HPMC pada RPM 60 yaitu 445,00 cP
Pada
2 titik RPM menurun
ü Viskositas
HPMC pada RPM 30 yaitu 509,00 cP
ü Viskositas
HPMC pada RPM 12 yaitu 537,50 cP
Nilai
viskositas dari HPMC tidak dapat dirata-ratakan karena mempunyai perbedaan
nilai yang berubah-ubah (selisihnya besar) sesuai dengan sifat aliran non
Newton.
· minyak
nabati mempunyai sifat alir Newton
dengan grafik linear.
· Gom
Arab dan HPMC berdasarkan percobaan mengikuti sifat alir non Newton.
Gom
arab mempunyai sifat plastis dan HPMC mempunyai sifat pseudoplastis.
X.
Daftar
Pustaka
· Martin,
Alfred dkk. 1990, Farmasi Fisika edisi ketiga,
Jakarta: UI-Press
· J.Sinko,
Patrick. 2012, Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika, Jakarta: EGC
·
Ansel, H.C. (2005). Pengantar Bentuk
Sediaan Farmasi. Edisi keempat. Jakarta.UI Press.